Sabtu, 25 Februari 2017

Selamat Datang Masalah

Bahan renungan: Mazmur 18: 31-43 (TB)
Nats : Mazmur 18: 35 (TB)

31 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.
32 Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?
33 Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata;
34 yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit;
35 yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.

36 Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar.
37 Kauberikan tempat lapang untuk langkahku, dan mata kakiku tidak goyah.
38 Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan;
39 aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi; mereka rebah di bawah kakiku.
40 Engkau telah mengikat pinggangku dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau tundukkan ke bawah kuasaku orang yang bangkit melawan aku.
41 Kaubuat musuhku lari dari padaku, dan orang-orang yang membenci aku kubinasakan.
42 Mereka berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang menyelamatkan, mereka berteriak kepada TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka.
43 Aku menggiling mereka halus-halus seperti debu di depan angin, mencampakkan mereka seperti lumpur di jalan.

Dalam kehidupan, ada masa sepertinya Tuhan melindungi kita sedemikian rupa sehingga tidak satupun masalah yang bisa menyerang. Tetapi, ada masa ketika Dia membiarkan kita menjadi bulan-bulanan musuh, masalah datang bertubi-tubi. Bukan karena dia tidak sayang, melainkan karena Dia ingin "membentuk" antibodi kita, supaya kita tidak menjadi pribadi yang cengeng. Seandainya kehidupan serba mulus dan serba nyaman tanpa masalah, mungkin kita malah akan menjadi individu yang lemah.

Dengan membiarkan kita mengalami masalah, Dia sedang melatih tangan kita berperang sehingga kita menjadi pribadi yang terampil mengalahkan musuh. Jika kita mengerti hal ini, ketika masalah datang kita akan bersukacita karena itu berarti satu lagi kesempatan untuk melatih diri kita menjadi pribadi yang lebih tangguh.

"Bisakah kita memandang masalah sebagai kesempatan untuk bertumbuh?"

Sumber: Renungan Harian Edisi Tahunan IX (25 Februari 2017)

2 komentar: